"Cintailah Ploduk-Ploduk Indonesia..."
“Cintailah
ploduk-ploduk Indonesia ... “ barangkali klaim iklan tersebut cukup
populer di telinga kita.Tidak ada kesengajaan ataupun kesalahan ucap,
tapi memang demikian style bintang iklan, sekaligus pemilik dari PT
Maspion, Bapak Alim Markus, yang walaupun sudah sepuh, namun tampak
sangat energik. Mengapa saya tiba-tiba menuliskan ini ? Karena buat saya
iklan produk Uchida dari Maspion ini termasuk fenomenal, mungkin diluar
pakem brand building ala advertising agency.
Iklan
produk Uchida yang sering muncul di televisi didesign dengan storyboard
sederhana. Iklan hanya menampilkan jenis produk yang diiklankan,
menjelaskan fungsinya, dengan endorser penyanyi dan pencipta lagu Titiek
Puspa didampingi Alim Markus sendiri, ditutup dengan tagline yang
menurut saya sangat menohok, “Cintailah ploduk-ploduk Indonesia ... “
bukan karena kalimatnya, tapi karena cara mengucapkannya, sehingga kalau
anda googling “cintailah ploduk” maka akan muncul tak kurang dari
10.200 hasil pencarian. Yang menarik lagi, belakangan muncul versi baru,
di mana Alim Markus tidak berdampingan dengan Titiek Puspa, namun
dengan ketua DPR Marzuki Alie, yang membuka iklan dengan himbauan untuk
mencintai produk Indonesia, disambung dengan produk-produk Uchida, dan
tentu ditutup dengan Alim Markus dengan tagline nya :“Cintailah
ploduk-ploduk Indonesia”
Dari
sisi branding, barangkali pendekatan yang dilakukan Uchida ini tampak
kuno, tapi sesungguhnya sangat “out of the box”. Justru salah satu
kekuatan iklan ini bukanlah pada produk, namun personal branding Alim
Markus sendiri, selaku pemilik group Maspion. Barangkali analoginya
seperti di pasar tradisional yang masih mengutamakan unsur kepercayaan,
personal guarantee dari penjual yang sekaligus pemilik toko sangat
dipertimbangkan oleh pembeli. Dalam konteks tersebut, menurut hemat saya
hadirnya Titiek Puspa yang mungkin dalam skenarionya akan dijadikan
figur yang kuat untuk menjadi brand ambassador Uchida, dalam eksekusinya
tampak bukan menjadi endorser utama, kalah dengan awareness terhadap
profil Alim Markus sendiri. Strategi komunikasi Uchida ini sungguh jauh
berbeda dari pesaing pesaingnya seperti Panasonic dan Sharp untuk
produk-produk households, yang mungkin lebih
menerapkan
kaidah-kaidah branding, namun justru menjadi generik : membangun
kekuatan brand dengan menjual inovasi teknologi sebagai yang unik,
terdepan, tercanggih. Strategi Uchida cukup jitu dalam posisisnya
sebagai produk me-too yang lebih fungsional sekaligus juga ekonomis.
Satu
lagi terobosan Uchida adalah pesan moral dari iklannya yang tegas
mengusung tema untuk selalu mencintai dan menggunakan produk-produk
Indonesia. Tentu mengedepankan kecintaan pada produk Indonesia bagi
kelompok masyarakat tertentu bukannya tanpa resiko. Kalau berbicara
produk- produk yang bersentuhan dengan teknologi, banyak orang yang
mempersepsikan Indonesia bukanlah pelopor teknologi atau inovator.
Akibatnya mereka lebih Jepang, Korea, Amerika atau Eropa minded, padahal
kita tahu bahwa anak bangsa ini bahkan sudah bisa membangun pesawat
terbang. Mengusung tema mencintai produk Indonesia oleh Uchida, lebih
mengedepankan empati keindonesiaan kita, mengusik rasa nasionalisme kita
bahwa bangsa kita sudah mampu memproduksi produk-produk yang tidak
kalah dengan
produk luar negeri. Kampanye untuk
mencintai dan menggunakan produk- produk Indonesia menjadi sangat
relevan bagi kita. Bukan hanya dalam konteks iklan produk Uchida saja,
tapi dalam berbagai bidang industri yang sedang berkembang di Indonesia.
Memang belum semua produk bisa dibuat di Indonesia, namun kita perlu
fair dan obyektif bahwa sekarang ini banyak produk Indonesia yang
berkualitas tinggi, tidak kalah dengan produk asing. Oleh karena itu,
ikut mendorong kampanye mencintai produk Indonesia dan memilih
menggunakan produk Indonesia, sejatinya kita ikut mendorong pertumbuhan
perekonomian nasional. Memang strategi mengedepankan “made in Indonesia”
sering kali masih belum digunakan sebagai key message oleh para
pebisnis kita, sehingga kita sendiri tidak selalu dapat mengenali produk
asli Indonesia.
Ambil contoh : J-Co donuts, yang
barangkali tidak semua orang tahu bahwa waralaba tersebut asli
Indonesia, milik Johnny Andrean. Atau Polytron yang sekilas seperti
produk Jepang, ternyata diproduksi di Kudus, bagian dari group Djarum.
Kembali ke Uchida. Pada tanggal 18 Agustus kemarin muncul berita, Alim
Markus menerima Satyalencana Pembangunan melalui keputusan Presiden no
59/ TK/2012, karena dianggap berjasa membangun perekonomian nasional
melalui produk berkualitas terbaik yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat, juga berhasil menggerakkan masyarakat untuk menggunakan
produk Nasional dengan slogan
“Cintailah Produk Indonesia”.
Dikutip dari m.kompasiana.com
Edhi Setiawan
25 Aug 2012 | 07:25
0 komentar (comment):
Posting Komentar